Literasi Inggris untuk Anak-Anak Alor

Upaya kami di Pulau Alor tidak hanya sekadar membawa pelatihan rohani, tetapi juga merupakan langkah strategis dalam mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan literasi, khususnya literasi Bahasa Inggris.

KUBIK

Gabriel Oscar

8/14/20244 min read

Perjalanan kami ke Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, bukanlah perjalanan biasa. Dari Jakarta, kami harus menempuh lebih dari 2700 kilometer dengan menggunakan beberapa moda transportasi; pesawat, lalu transit dengan pesawat berbaling-baling kecil, dan masih harus melanjutkan 12 jam perjalanan laut dari Kupang menuju Alor. Setibanya di sana, kami dihadapkan pada perjalanan darat yang tidak mudah, melewati jalan-jalan yang sukar. Namun, setiap langkah yang kami ambil terasa berarti ketika kami disambut dengan tari-tarian adat dan kehangatan luar biasa dari penduduk lokal. Sambutan itu bukan hanya sekadar tradisi, tetapi sebuah ungkapan syukur mereka yang sangat berarti buat kami.

Upaya kami di Pulau Alor tidak hanya sekadar membawa pelatihan rohani, tetapi juga merupakan langkah strategis dalam mengentaskan kemiskinan melalui pembangunan literasi. Literasi, khususnya literasi Bahasa Inggris, adalah kunci untuk membuka peluang baru bagi penduduk di daerah terpencil seperti Alor. Dengan menguasai Bahasa Inggris, penduduk lokal dapat mengakses pendidikan yang lebih baik, kesempatan kerja yang lebih luas, dan terhubung dengan dunia luar. Kursus Bahasa Inggris Kristen (KUBIK) yang kami rintis menjadi jembatan penting untuk membantu mereka keluar dari lingkaran kemiskinan, memberikan mereka alat untuk mengubah masa depan mereka, serta membuka pintu bagi generasi mendatang untuk hidup dengan harapan dan martabat yang lebih baik. Kami percaya bahwa dengan membangun literasi di Alor, kami juga turut serta membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan dan kesejahteraan jangka panjang bagi komunitas ini.

Di tengah segala keterbatasan, kami menjadi saksi mata atas upaya luar biasa penduduk lokal di Alor dalam membangun sebuah "gubuk belajar" untuk menjalankan KUBIK ini. Dengan bahan-bahan sederhana dan tenaga seadanya, mereka bahu-membahu mendirikan sebuah tempat yang layak untuk belajar, yang nantinya akan menjadi pusat bagi anak-anak dan dewasa untuk belajar Bahasa Inggris serta mendalami nilai-nilai iman Kristen. Gubuk ini, meskipun sederhana, berdiri tegak sebagai simbol harapan dan dedikasi mereka terhadap pendidikan dan masa depan yang lebih baik. Kami sangat bersyukur bisa sedikit berkontribusi dalam proses ini. Melihat semangat gotong-royong dan keinginan kuat mereka untuk berubah, kami semakin yakin bahwa Tuhan sedang melakukan pekerjaan besar di Pulau Alor, dan kami diberi kehormatan untuk menjadi bagian dari cerita yang indah ini.

Kami datang dengan misi merintis pembukaan KUBIK (Kursus Bahasa Inggris Kristen) di daerah yang masih harus berjuang melawan kemiskinan ini. Meskipun tantangan perjalanan begitu berat, kami melihat kebesaran Tuhan dalam setiap detik perjalanannya. Dengan penuh semangat, kami melatih 20 calon pengajar KUBIK (Kursus Bahasa Inggris Kristen), dan menanamkan dalam hati mereka keberanian dan komitmen untuk merintis pembukaan kelas-kelas KUBIK di gereja-gereja mereka masing-masing. Ketika akhirnya 1 kelas KUBIK berhasil dibuka dengan 60 peserta anak-anak, rasa syukur meluap di hati kami dan semua orang yang terlibat.

Saat perpisahan tiba, keharuan memenuhi suasana. Beberapa penduduk lokal yang sudah begitu akrab dengan kami merasa berat hati untuk melepas kami kembali ke Jakarta. Mereka menemani kami hingga ke pelabuhan, dengan hati yang penuh kasih dan ucapan terima kasih. Begitu banyak oleh-oleh dititipkan, sebagai simbol cinta dan syukur mereka. Perjalanan yang penuh tantangan itu akhirnya menjadi saksi bagaimana kasih Tuhan lewat kehadiran pelayanan Bible League Indonesia yang sederhana ini mampu memberikan sedikit dampak untuk mengubah hidup saudara-saudara kita di Pulau Alor. Hubungan ini menunjukkan bahwa tidak ada jarak atau rintangan yang terlalu besar untuk menjangkau mereka yang haus akan pendidikan dan kasih Tuhan.

Terimakasih untuk Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) jemaat EFATA Atengmelang (berdiri sejak 1942) yang sudah menyambut kami dengan hangat. Dan terimakasih untuk semua dukungan doa dan dana dari semua donatur BLI yang mengasihi jiwa-jiwa di Indonesia. Soli Deo gloria! [GO]